Habibie terlahir sebagai bayi montok dan sehat
yang membuat orangtuanya tidak menaruh curiga terhadap keadaan fisik anaknya.
Baru pada Usia 8 bulan, orang tuanya mulai curiga karena Habibie kecil belum juga bisa merangkak seperti bayi normal lainnya. Mulailah Habibie di bawa ke Dokter oleh Ibunya untuk mengetahui penyebab terlambatnya perkembangan fisik tersebut. Setelah dibawa ke berbagai Rumah Sakit dan bertemu dengan banyak dokter, diketahui ternyata Habibie menderita penyakit Muscular Dystrophy Progressive tipe Backer.
Ada kelainan di otak kecil Habibie yg menyebabkan perkembangan syaraf motoriknya terganggu, sehingga pertumbuhannya terhambat dan mengalami kelainan. Bahkan ada Dokter yg memprediksi umurnya hanya sampai 25 tahun saja. Habibie sering dibawa ke mana-mana oleh Sang Ibu untuk berobat, baik ke dokter spesialis, maupun ke pengobatan alternatif. Semua dilakukan Ibunya agar mendapatkan kesembuhan bagi Sang Anak. Bahkan Habibie sempat dibawa terapi khusus dengan memasukkan tubuhnya ke dalam semacam kotak. Kakinya dimasukkan sepatu khusus dengan penyangga besi.
Namun Habibie
merasa proses terapinya sangat menyakitkan. Dalam setiap terapi sekitar 15-30
menit itu Habibie kecil selalu menangis ; “Sakit Ma, sakit. Udah ma, Dede ngak
mau,” jeritnya. Karena terapi yg menurut Habibie menyakitkan tersebut, pangkal
pahanya sempat terlepas dari tulang mangkoknya. Dan hal itu membuat pertumbuhan
kakinya menjadi tidak seimbang. Kaki Habibie menjadi panjang sebelah.
Namun keadaan cacat telah mengajarkan Habibie
untuk ikhlas menerima keadaan yg diberikan Tuhan. Hal itu bisa dia terima
dengan apa adanya.
Yang membuat sangat berat adalah tantangan
hidup untuk mendapatkan perlakuan layak dari lingkungan sekitar. Memang Beliau
sangat merasakan diskriminasi ketika mau mendaftar ke sekolah, mau menikmati
liburan di tmp wisata bersama keluarga, dan lain sebagainya. Sebagian sekolah
beralasan belum memiliki fasilitas untuk menampung Anak Cacat yg berkursi roda
untuk belajar di sekolah normal. Ibu Habibie lah yg berjuang keras ke sana-ke
mari untuk mencari tempat pendidikan buat anaknya. Termasuk suatu ketika
mendaftarkan Habibie pada Kursus Dasar Internet Marketing selama 2 hari dg
pengajar dari Singapura, Mr. Fabian Lim.
Ceritanya setelah bergelut dengan perjuangan
untuk bisa lulus sekolah hingga SMA, Habibi tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi. Dia didaftarkan ibunya ikut Kursus Dasar Internet
Marketing. Biayanya lumayan besar, Rp. 5 juta. Usai Kursus Dasar Internet
Marketing tsb, Habibie mengaku tidak tahu harus melakukan apa lagi karena dia
merasa benar-benar buta tentang bidang yg baru dipelajarinya itu. Dia merasa
nol besar untuk bidang internet marketing ini. Apalagi kursus yg diberikan
dalam Bahasa Inggris dan memakai Alih bahasa (tanslator). Habibie memang sering
membuka internet, namun itu hanya untuk bermain game online sebagai pengisi
kesibukannya di rumah. Katanya Komputer yg dipakai juga masih numpang di
komputer kakaknya.
Belum habis kebingungan Habibie, Selang
beberapa bulan kemudian, Habibie diikutkan kembali oleh ibunya untuk ikut
Kursus tingkat lanjut (advanced) Internet Marketing dg pembicara yg sama dari
Singapura,Fabian Liem. Sebenarnya Habibie sempat menolak karena tidak enak
melihat Ibunya
harus menjual Mobil sewaannya hanya agar dia bisa ikut pelatihan tsb. Karena Biaya Kursus tingkat lanjut itu mencapai Rp. 15 Juta.
harus menjual Mobil sewaannya hanya agar dia bisa ikut pelatihan tsb. Karena Biaya Kursus tingkat lanjut itu mencapai Rp. 15 Juta.
Dia sempat berdebat dengan ibunya, namun
Ibunya tetap memberikan semangat kepada Habibie dan mendorongnya untuk bisa
berhasil. “Anggap saja kamu kuliah”, begitu kata mamanya. Akhirnya dengan
dorongan mamanya, Habibie mau juga ikut kursus mahal itu. Di kursus advanced
tsb, habibie mengikuti “kuliah” setiap 2 minggu selama 3 bulan. Di tempat
kursus inilah pertama kalinya Habibie berkenalan dengan Suwandi Chow, alih
bahasa (Translator) kursus itu dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Setelah belajar 3
minggu, Habibie berhasil mendapatkan penjualan pertama dari Amazon.com dg Produk
Game PS3. Meski komisinya cuma $24, Habibie senangnya bukan kepalang karena
baru kali ini bisa menghasilkan uang dari internet. Pada komisi pertama ini
Habibie sebenarnya rugi karena biaya iklan lebih besar dari komisi. Namun
Habibie terus berusaha sampai dia bisa mendapatkan komisi $124, $500, $1000,
dan $2000 dari Amazon. Semua memerlukan proses belajar dan praktek secara
konsisten.
Uang hasil penghasilan dari Amazon dipakai
Habibie untuk mengikuti kursus-kursus internet marketing lain, seperti
Eprofitmatrix, Dokterpim, dan Indonesia Bootcamp.
Dari kursus dan praktek internet marketing, Habibie sudah
bisa menerbitkan Ebook Panduan Sukses dari Amazon dan membuat situs Listing Rumah (rumah101.com).
Habibie juga didaulat menjadi Trainer di Eprofitmatrix bersama Gurunya, Suwandi
Chow. Itulah pertama kali Habibie menjadi Trainer seminar meskipun usianya
masih 20 tahun. Sejak itu, Habibie sering diundang menjadi pembicara seminar
internet marketing di kampus-kampus, hingga diliput koran, tabloid, dan
majalah. Puncaknya Habibie diundang pada acara Kick Andy di Metro TV pada
episode “Kasih Tiada Bertepi”.
0 comments:
Post a Comment